Apa Itu Netral Dan Fasa

Apa Itu Netral Dan Fasa

Apa yang dimaksud dengan karbon netral?

sebuah kondisi di mana emisi karbon yang dihasilkan manusia bisa terserap atau dilakukan offsetting sehingga tidak sampai ke atmosfer

Hitung Jejak Karbon Perusahaan Anda dengan Imbangi dan Lakukan Carbon Offsetting Bersama LindungiHutan

Mencapai karbon netral seperti PT Mowilex Indonesia juga bisa dilakukan oleh perusahaan Anda. Namun sebelum itu, hitung terlebih dahulu berapa jejak karbon yang perusahaan Anda hasilkan!

Anda bisa menggunakan kalkulator jejak karbon Imbangi untuk menghitung besar emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai aktivitas, mulai dari penggunaan listrik, peralatan elektronik, pemakaian bahan bakar industri, hingga kendaraan.

Hitung Jejak Karbon Aktivitas Perusahaan Anda di Sini!

Cara menggunakannya juga mudah, Anda hanya perlu memasukkan data-data yang dibutuhkan dan setelah itu jumlah emisi yang dihasilkan akan keluar baik itu dalam jumlah sehari, sebulan, maupun setahun.

Setelah mengetahui jumlah emisi karbon yang dihasilkan, perusahaan Anda bisa mengimbangi atau melakukan carbon offsetting bersama LindungiHutan dengan melakukan penanaman pohon. Kami memiliki berbagai lokasi penanaman di kawasan hutan mangrove yang mana efektif dalam melakukan penyerapan karbon.

Baca juga: Konservasi Hutan Mangrove dan Tren Blue Carbon dalam CSR Perusahaan 2024

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman Bersama 500+ Brand dan Perusahaan

Transisi Energi Terbarukan

Mengadopsi energi terbarukan seperti matahari dan angin menjadi kunci dalam menjalankan operasi harian. Pembangkit listrik tenaga surya, turbin angin, dan sumber energi hijau lainnya adalah investasi jangka panjang yang tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Target Dunia dan Indonesia terhadap Emisi Karbon

Terlepas dari perbedaan yang ada, baik karbon netral maupun net zero, keduanya memiliki visi-misi yang sama, yaitu menekan pertumbuhan emisi karbon yang dihasilkan hingga sekecil mungkin. Di tingkat internasional, upaya pengurangan emisi karbon difokuskan melalui kerjasama dalam Kerangka Perjanjian Paris yang ditandatangani oleh hampir semua negara di dunia pada tahun 2015. Dalam perjanjian ini, negara-negara berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2°C, dengan target ideal untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C dibandingkan tingkat pra-industri.

Salah satu langkah utama adalah mewajibkan negara-negara untuk mengajukan target kontribusi nasional atau Nationally Determined Contributions (NDC) yang diperbarui secara berkala. Melalui NDC ini, negara-negara diminta untuk menetapkan rencana pengurangan emisi sesuai dengan kapasitas nasional mereka dan melakukan pelaporan kemajuan secara berkala. Banyak negara maju yang telah menetapkan target untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2050, sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang memiliki tantangan dalam pendanaan dan teknologi, mendapat dukungan dalam bentuk pendanaan dan transfer teknologi dari negara-negara maju.

Sebagai negara berkembang yang menjadi salah satu penghasil emisi terbesar, Indonesia menetapkan target untuk mengurangi emisi sebesar 31,89% dengan usaha sendiri atau hingga 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030, sebagaimana tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC) yang diperbarui pada tahun 2022.

Indonesia juga telah menetapkan target jangka panjang untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2060 atau lebih cepat jika dukungan internasional memungkinkan. Hal ini mencakup rencana besar untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi. Salah satu program yang cukup ambisius adalah percepatan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, terutama dari matahari dan panas bumi.

Tentu, mencapai target ini bukan tanpa tantangan. Dengan berbagai kondisi alam dan ekonomi yang dihadapi, Indonesia memiliki kendala dalam pendanaan, infrastruktur, serta resistensi dari industri yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara. Meski demikian, langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan pendekatan yang bertahap.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

[1] What is The Difference Between Carbon Netural vs Net Zero

[2] What is The Difference Between Carbon-Neutral, Net-Zero and Climate Positive?

[3] Apa Itu Carbon Neutral (Karbon Netral)? Apa Bedanya dengan Net Zero Karbon?

[4] What are Scope 1, 2 and 3 Carbon Emissions?

[5] Enhanced NDC: Komitmen Indonesia untuk Makin Berkontribusi dalam Menjaga Suhu Global

Apa itu Carbon Neutral?

Sederhananya, carbon neutrality atau karbon netral adalah kondisi di mana emisi karbon yang dihasilkan manusia bisa terserap atau dilakukan offsetting sehingga tidak sampai ke atmosfer.

Bicara karbon netral maka kita juga bicara tentang Net Zero Emission/ Net Zero Carbon/nol emisi karbon, sebuah istilah yang saling berkelindan.

Net Zero Carbon adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.

Baca juga: Pengungkapan Emisi Karbon dan Manfaatnya bagi Perusahaan

Strategi Pengurangan Emisi Karbon

Dalam upaya mencapai keberlanjutan, pengurangan emisi karbon menjadi kunci utama. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan:

Perbedaan Karbon Netral dan Net Zero Carbon

Lantas, apakah karbon netral dan Net Zero Carbon adalah hal yang sama? Mengutip dari laman Nationalgrid.com, keduanya merupakan hal yang berbeda.

Istilah karbon netral digunakan saat merujuk pada bisnis. Dalam hal ini sering kali mengacu pada ambisi perusahaan untuk membatasi peningkatan emisi karbon pada masa depan, sembari melakukan carbon offsetting untuk menetralisir emisi yang ada.

Sementara Net Zero Carbon menempatkan lebih banyak fokus pada pengurangan emisi karbon sebanyak mungkin terlebih dahulu, dan hanya mengimbangi sisa CO2 yang tidak dapat dihindari sebagai upaya terakhir.

Kalau masih kurang jelas, karbon netral hanya mencakup emisi gas rumah kaca scope 1 dan 2 (emisi langsung perusahaan), dan dapat mengacu pada produk serta aktivitas individual, atau perusahaan secara keseluruhan.

Sederhananya, karbon netral merupakan tujuan yang dapat dicapai perusahaan dalam jangka pendek serta merupakan awal yang bagus untuk memulai.

Lain halnya dengan Net Zero Carbon yang artinya melakukan segala daya termasuk menggunakan semua teknologi yang tersedia untuk mengurangi emisi agar sedekat mungkin dengan nol, sebelum mengimbangi sisanya. Net Zero Carbon mencakup scope 1,2,dan 3.

Scope 3 artinya, seluruh rantai nilai perusahaan mulai dari persediaan yang dibeli hingga pengelolaan produk akhir.

Baca juga: Carbon Footprint Scopes 1, 2, dan 3, Contoh serta Cara Menghitungnya

Inovasi dan Teknologi Hemat Karbon

Mencari terus-menerus inovasi dan teknologi baru yang mengurangi emisi dapat memimpin ke solusi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Penerapan teknologi hemat karbon, seperti penggunaan material ramah lingkungan dan pengoptimalan proses produksi, dapat membuka jalan menuju pengurangan emisi yang lebih besar.

Pengelolaan Limbah dan Daur Ulang

Pengurangan sampah dan pengelolaan limbah yang efektif dapat membatasi emisi metana dan karbon dioksida dari tempat pembuangan sampah. Mengimplementasikan program daur ulang dan meminimalkan limbah dapat membantu mencapai tujuan pengurangan emisi.

Peningkatan Efisiensi Energi

Memahami dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi adalah langkah pertama dalam pengurangan emisi karbon. Teknologi canggih, pemantauan konsumsi, dan pengoptimalan proses dapat secara signifikan mengurangi ketergantungan pada sumber daya berkarbon tinggi.