Gurun Sahara Dulunya Apa

Gurun Sahara Dulunya Apa

Fakta Menarik seputar Gurun Sahara

Foto: Gurun Sahara (Osiristours.com)

Meski iklimnya kering dan tidak ramah, tapi cukup banyak kehidupan yang ada di Sahara.

Termasuk beberapa jenis mamalia dan tumbuhan.

Selain itu, Sahara juga kerap dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata, lho!

Berikut ini fakta menarik dari gurun yang namanya diambil dari kata benda dalam Bahasa Arab, aḥrā serta kata sifat, ashar.

Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat

Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.

Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.

Apa saja fakta tentang Gurun Sahara?

1. Daerah tertinggi dan terendah

Mengutip dari ThoughtCo, puncak tertinggi Gurun Sahara adalah Emi Koussi, gunung berapi yang tingginya 3.415 meter yang menjadi bagian dari Pegunungan Tibesti di wilayah Chad. Sedangkan titik terendah Gurun Sahara, yakni cekungan Qattara Depression di wilayah Mesir dengan kedalaman 133 meter di bawah permukaan laut.

Banyak spesies tumbuhan dan hewan di Gurun Sahara. Mengutip World Wildlife Fund, sekitar 500 spesies tanaman, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung dan 100 spesies reptil tersebar di seluruh Gurun Sahara. Banyak pula ditemukan berbagai macam spesies laba-laba, kalajengking, dan artropoda kecil lainnya yang hidup di Gurun Sahara.

Mata Biru sebutan formasi geologi Gurun Sahara. Mengutip Geology Science, formasi geologi ini kawah yang terbentuk ketika benda dari luar angkasa menabrak Bumi. Struktur dari Mata Biru ini terdiri atas batuan vulkanik, gabro, dan kimberlite yang strukturnya kubah berbentuk elips terkikis dengan diameter 40 kilometer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Unta merupakan salah satu hewan ikonik dari Gurun Sahara. Mengutip Live Science, meski nenek moyang unta berasal dari Amerika Utara, mamalia besar ini melakukan perjalanan ke Afrika melintasi Selat Bering antara 3 juta dan 5 juta tahun yang lalu. Selanjutnya, unta dijinakkan sekitar 3.000 tahun silam di Semenanjung Arab sebagai hewan transportasi.

Sepanjang tahun, suhu di Gurun Sahara rata-rata sekitar 20 derajat hingga 25 derajat Celsius. Melonjak hingga 49 Celcius pada musim panas pada siang. Turun ke minus 18 Celsius selama musim dingin pada malam hari.

Baca: Salju Selimuti Gurun Sahara dan Arab Saudi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Gurun Sahara menjadi salah satu gurun terbesar ketiga di dunia setelah Antartika dan Arktik.

Terlebih, iklim Benua Afrika memang dikenal cukup ekstrem dan tentunya cuaca di Gurun Sahara tidak kalah ekstrem.

Penasaran dengan gurun yang satu ini? Apa saja yang ada di sana dan melintasi negara apa saja?

Simak ulasannya berikut ini, ya!

Baca Juga: Fakta Menarik tentang Danau Baikal, Danau Terdalam di Dunia

Gurun Sahara terletak di Afrika Utara, yang mencangkup sepertiga luas Afrika.

Luasnya mencapai 9.200.000 kilometer persegi atau setara dengan luas Cina dan Amerika Serikat, termasuk Alaska dan Hawaii.

Mengutip Live Science, Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di utara, dan sabana Sahel di selatan.

Gurun Sahara memiliki berbagai fitur daratan, tetapi yang paling terkenal adalah padang pasir yang sering digambarkan dalam film.

Bukit pasir bisa mencapai hampir 600 kaki (183 meter), dan menutupi sekitar 25 persen dari seluruh gurun.

Fitur topografi di Gurun Sahara juga termasuk pegunungan, dataran tinggi, dataran berpasir dan kerikil, dataran garam, dan cekungan.

Meski sebagian besar wilayah merupakan gurun berpasir dan air menjadi sangat langka, Sahara memiliki dua sungai permanen (Nil dan Niger).

Selain itu, setidaknya terdapat 20 danau musiman dan akuifer besar, yang merupakan sumber utama air untuk lebih dari 90 oasis utama di gurun.

Sudah mulai terbayang seperti apa Gurun Sahara?

Tenang, masih ada beberapa fakta menarik lainnya tentang gurun pasir terluas ini.

Lebih dari sekedar gurun

Sahara tidak hanya dikenal sebagai gurun pasir, sebagian besar wilayah ini terdiri dari dataran tinggi tandus dan berbatu, dengan elemen tambahan seperti dataran garam, bukit pasir, pegunungan, dan lembah-lembah kering. Sungai dan aliran air di Sahara cenderung bersifat musiman, kecuali untuk Sungai Nil yang tetap mengalir sepanjang tahun. Gurun ini menyimpan lebih dari 20 danau, mayoritas di antaranya adalah danau air asin. Hanya Danau Chad yang menonjol sebagai satu-satunya danau air tawar di Sahara, menambahkan keragaman ekosistem di tengah gurun yang keras ini.

Emi Koussi, dengan ketinggian mencapai 3.415 meter, adalah puncak tertinggi di Sahara dan merupakan gunung berapi yang terletak di Pegunungan Tibesti, Chad. Pegunungan lainnya yang memperkaya lanskap gurun ini termasuk Pegunungan Aïr, Sahara Atlas, Adrar des Iforas, Pegunungan Hoggar, Pegunungan Tibesti, dan perbukitan Laut Merah. Keberagaman topografi ini memberikan Sahara kekayaan visual dan geologis yang menakjubkan, membuktikan bahwa gurun ini lebih dari sekadar lautan pasir yang terbentang luas.

Penduduk Gurun Sahara

Sekitar 2,5 juta orang menjadikan Gurun Sahara sebagai rumah mereka, sebagian besar berasal dari suku Berber atau Arab. Meskipun kondisi keras di gurun ini, sejumlah besar penduduk Sahara hidup di pemukiman permanen yang terletak di dekat sumber air yang langka namun sangat berharga. Mereka membangun kehidupan mereka di sekitar oase dan mata air yang dapat memberikan pasokan air yang vital untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, sebagian besar dari mereka mengadopsi gaya hidup nomaden, menjalani kehidupan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan kawanan domba, kambing, atau unta. Gaya hidup nomaden ini memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk mencari sumber daya yang langka di tengah gurun yang keras. Mereka memanfaatkan kebijakan transhumance, yaitu perpindahan musiman hewan ternak mereka, untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas sambil tetap menjaga keberlanjutan sumber daya alam di Gurun Sahara. Gaya hidup ini mencerminkan adaptasi yang kuat terhadap kondisi ekstrem gurun dan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Melintasi 10 Negara

Foto: Peta Gurun Sahara (internetgeography.net)

Gurun Sahara mencakup 9,2 juta km².

Dengan luas total 8% dari luas daratan bumi, Sahara melintasi 10 negara.

Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia.

Tempat terbaik untuk Stargazing

Mengamati bintang di Gurun Sahara adalah salah satu pengalaman luar biasa yang dapat Anda nikmati. Wilayah yang dipenuhi dengan berjuta mil tanah tandus ini menawarkan kondisi ideal untuk pengamatan bintang, di mana polusi cahaya yang minimal atau bahkan tidak ada, memungkinkan langit malam bersinar dengan kejelasan yang luar biasa.

Ketidakberaturan lahan gurun menciptakan latar belakang yang gelap dan hampir bebas gangguan cahaya buatan, memungkinkan Anda menyaksikan seluruh keindahan alam semesta yang terhampar di atas kepala Anda. Pemandangan malam di Gurun Sahara memungkinkan Anda melihat lebih jauh ke dalam ruang angkasa, menyaksikan gemerlap bintang, planet, dan galaksi dengan intensitas yang memukau. Pengalaman ini memberikan perspektif unik tentang kebesaran kosmos dan keindahan langit malam yang seringkali sulit ditemui di daerah dengan polusi cahaya yang tinggi.

Gurun Sahara adalah gurun yang terletak di Benua Afrika, yang mana meliputi negara Algeria, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Nigeria, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Karena begitu luasnya, Gurun Sahara tersebut mencakup lebih dari 30 persen wilayah Benua Afrika. Akan tetapi, tahukah kamu kalau wilayah Sahara tidak selalu berupa gurun. Wilayah tersebut dulunya pernah menjadi wilayah oasis, Sobat Preparizen!

Sebelum SiagaBencana.com membahal lebih lanjut, oasis adalah tempat di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan manusia. Sekitar 11.000 tahun lalu, Gurun Sahara bukanlah wilayah gurun berpasir, melainkan wilayah yang dipenuhi tumbuhan. Bahkan, Gurun Sahara memiliki badan air berupa danau besar seluas 108,779 kilometer persegi.

Nah, kali ini SiagaBencana.com menjelaskan perubahan oasis berubah menjadi gurun seutuhnya.

Perubahan di Wilayah Sahara

Perubahan wilayah Gurun sahara berubah secara alami, teman-teman. Curah hujan di sana tidak pernah tetap karena dipengaruhi oleh perubahan orbit Bumi. Perubahan tersebut juga memengaruhi jumlah energi matahari di Sahara. Semakin banyak energi matahari, semakin sedikit pula hujan yang turun di Gurun Sahara.

Oleh karena itu, iklim di Sahara pun selalu berubah. Perlahan-lahan, iklim di Gurun Sahara berubah antara lembap dan kering selama ribuan tahun. Akan tetapi, sekitar 8.000 – 4.500 tahun yang lalu keadaan itu berubah. Gurun Sahara berubah dari lembap menjadi kering, lebih kering dari biasanya, dan tidak berubah lagi.

Bahkan menurut ilmuwan, iklim kering Sahara yang tidak berubah lagi ini juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Para ahli pun menemukan bahwa seiring manusia berpindah di sepanjang wilayah Sahara, tumbuhan di sana semakin berkurang. Salah satu perkiraan ilmuwan adalah manusia menggembala hewan ternak dan hewan ternak tersebut memakan tumbuhan di Sahara secara berlebihan.

Semakin berkurangnya tumbuhan, akhirnya kelembapan semakin berkurang. Sehingga, menyebabkan erosi permukaan tanah dan tumbuhan tidak bisa tumbuh. Akan tetapi, arkeolog juga menemukan bahwa peradaban kuno Afrika sempat mengembalikan kondisi Shara menjadi oasis, tapi tidak berlangsung dalam waktu lama, yakni sekitar tahun 1 – 500 Masehi.

Saat ini, wilayah Gurun Sahara semakin meluas karena disebabkan oleh perubahan alami dan perubahan iklim. Di masa depan, Gurun Sahara mungkin saja menjadi oasis lagi. Namun, manusia juga perlu membantu perubahan itu selain perubahan alami yang bisa terjadi.  (MA)

Gurun Sahara Pernah Berwarna 'Hijau'

Sekitar 11.000-5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara tidak seperti gurun yang kita kenal sekarang ini. Tumbuh-tumbuhan hijau tumbuh di atas bukit pasir. Gua-gua gersang yang meliputi Sahara berubah menjadi danau berkat peningkatan curah hujan.

Alhasil, wilayah Afrika Utara berubah menjadi hijau. Menarik hewan-hewan seperti kuda nil, antelope, gajah, dan auroch tinggal di situ. Periode ini disebut dengan Periode Lembab Afrika.

Periode Lembab Afrika disebabkan oleh rotasi orbit Bumi yang terus berubah di sekitar poros nya. Menurut Kathleen Johnson, seorang profesor sistem Bumi di University of California, Irvine, pola ini berlangsung setiap 23.000 tahun sekali.

Sahara Hijau terjadi karena kemiringan bumi berubah. Sekitar 8.000 tahun yang lalu, kemiringan Bumi mulai bergerak dari 24,1o dan hari ini menjadi 23,5o. Kemiringan itu membuat perbedaan besar.

Hal tersebut menyebabkan peningkatan radiasi matahari di belahan bumi utara selama bulan-bulan musim panas. Kenaikan radiasi matahari memperkuat angin monsun Afrika. Meningkatnya panas di atas Sahara, menciptakan tekanan udara rendah yang mengantarkan uap air dari Samudra Atlantik ke gurun tandus Sahara.

Uap air atau kelembaban yang meningkat ini mengubah Sahara yang sebelumnya berpasir menjadi padang rumput. Para ilmuwan mengatakan, fenomena ini sangat menarik sebab sangat tiba-tiba muncul dan menghilang.

Hanya butuh waktu 200 tahun untuk mengubah Sahara Hijau menjadi Sahara gersang yang kita kenal sekarang ini. Johnson menjelaskan, perubahan radiasi matahari akibat pergeseran Bumi terjadi secara bertahap, tetapi posisi lanskap Bumi berubah secara tiba-tiba.

"Ini adalah contoh perubahan iklim yang tiba-tiba pada skala besar," katanya dikutip dari situs Live Science, Senin (8/8/2022).

Dulunya Dataran Hijau

Foto: Gurun Sahara (openaccessgovernment.org)

Dulu subur dan hijau, rumah bagi berbagai tanaman dan hewan.

Perubahan itu terjadi kira-kira 5000 tahun yang lalu, karena perubahan kemiringan bumi secara bertahap.

Para ahli memperkirakan, di masa depan, beberapa titik di Sahara akan kembali hijau.

Foto: Gurun Terpanas (kimkim.com)

Sahara adalah gurun terpanas di dunia dengan salah satu iklim paling keras.

Suhu rata-rata tahunan adalah 30°C, sedangkan suhu terpanas yang pernah tercatat adalah 58 derajat Celsius.

Daerah tersebut menerima sedikit curah hujan.

Faktanya, setengah dari Gurun Sahara menerima kurang dari 1 inci hujan setiap tahun.

Meskipun banyak yang menganggap Sahara sebagai iklim yang selalu panas, namun suhu bisa menurun drastis saat malah hari.

Bahkan, bisa mencapai titik terendah hingga 6°C. Ini terjadi karena kurangnya kelembapan di daerah tersebut.

Sahara lebih dari sekadar pasir, faktanya sebagian besar Sahara terdiri dari dataran tinggi berbatu...

Sahara adalah gurun panas yang terbesar di dunia dan mencakup hampir sebagian besar wilayah dari Afrika Utara. Walaupun sudah terkenal, nyatanya tidak banyak orang yang mengetahui terkait dengan fakta di balik Gurun Sahara ini.

Fakta-fakta tersebut tentunya dapat membuat Anda tercengang dan menambah pengetahuan terkait dengan Sahara. Apakah Anda ingin mengetahuinya lebih jauh lagi? Tentunya Anda harus membaca ulasan ini hingga selesai.